November 21, 2010

Pahlawanku (jawaban tantangan Bookworm Challenge BIUS putra November 2010)

"Selamat! Anda mndapatkan ksmptn utk mnjdi PENULIS WAJIB Bookworm Challenge.
Tema: Pahlawan. -yg mnginspirasi ya- :)
Deadline: 28 Nov 2010.
Trims. S.H.P.S. :)"

tepat setelah pesan dari Rian tersebut selesai saya baca, automaticly hati ini menjerit, dimana jeritan tersebut mempunyai 2 arti, arti pertama 'akhirnya dapat giliran juga!' dan arti kedua 'kenapa di saat genting seperti ini!', tetapi berkat si mood dan si spirit mampir ke perasaan ini, arti kedua dari jeritan hati itupun lenyap.

Dan tinggalah arti jeritan hati pertama dan itu yang membuat rangkaian kata yang Anda lihat ini terbentuk.

i'm sorry i'm not using english right now, since my english skill too bad to use in this great challenge. So, let's berbahasa.

Siapa bilang pahlawan harus mempunyai ciri utama berupa otot kekar bak gatot kaca, berupa kemampuan unik bak monkey d. Luffy, atau berupa kostum keren bak power rangers?

Pahlawanku yang ini jauh dari ciri-ciri tersebut. Beliau hanyalah seorang wanita yang berkepribadian sederhana, tidak berlebihan, dan bersahaja. Hanya saja perbuatannya yang terlalu berpengaruh luar biasa terhadap kehidupanku. Berkat beliau aku bisa berada di ranjang asrama kidang pananjung bla.. bla.. bla.. ini, berkat beliau aku bisa mengenal makhluk-makhluk 'aneh' dari seluruh tanah air, berkat beliau aku bisa meneruskan tekadku untuk menjadi seorang animator handal, berkat beliau aku bisa membuat ukiran indah di sepanjang bibir ibuku tersayang, dan berkat beliau pula, aku bahagia disini, di keluarga BIUS. Beliaulah wali kelasku sendiri yang merupakan pahlawan tanpa tanda jasa sejati.
Kisah kepahlawanannya berawal saat kegalauan menerpa pikiran ini yang pada saat itu sedang menentukan pilihan sulit pasca lulus SMA. Aku sangat bingung apa yang harus kulakukan setelah aku lulus SMA, apakah harus kerja? Tapi kerja apa? Ataukah harus kuliah? Tapi biaya dari mana?
Sebenarnya 70% hati ini menginginkan untuk melanjutkan pendidikan yang sekitar 12 tahun ini telah aku tempuh. Hanya saja kondisi ekonomi keluargaku yang sangat tidak memungkinkan dan lebih mendekati mustahil untuk aku melanjutkan pendidikan itu. Sehingga persentase keinginan untuk ngampus menurun

sebesar 20%. Aku tambah galau, dan kacau, bagaimana dengan cita2ku? Bagaimana dengan harapan ayahku? Bagaimana dengan janjiku kepada adikku? Pertanyaan-pertanyaan itu dengan kecepatan konstan bergilir melintasi pikiranku.
Sampai cahaya penuh harapan itu tiba. Masih ingat dengan persis, waktu itu pelajaran matematika. Aku yang penuh dengan kecemasan dan kegalauan berusaha memecahkan soal-soal integral, tiba-tiba suara yang sedikit serak menghampiri dan sedikit membuat getaran di gendang telingaku. Kira-kira bunyinya seperti ini, "Dudi, ini ada formulir pendaftaran beasiswa pendidikan penuh dan bantuan hidup ke itb, tolong coba isi ya.."

Kalimat itulah yang mengawali kisahku yang penuh dengan nikmat ini, kalimat itu pula yang akan terus kuingat sampai jasad ini ditempatkan ke dalam pusara. Mungkin Anda bisa membayangkan bagaimana tanggapanku atas kalimat yang indah itu, yang pasti tanggapan yang luar biasa positif sampai akupun bingung bagaimana mengungkapkannya. Kalimat penuh harapan itu bersumber dari mulut seorang yang terpelajar khususnya pada pelajaran matematika, yang selama 3 tahun aku di SMA aku selalu diwalikan oleh beliau. Mungkin karena alasan itupula beliau begitu mengerti aku sampai kegalauan yang aku rasakanpun beliau mengerti benar.

Beliaulah ibuku yang lain,
beliaulah yang sangat berjasa,
beliaulah yang terlalu peduli,
beliaulah guru matematika terhebat se-Milky way,
beliaulah sumber sejati inspirasiku,
beliaulah wali kelasku yang luar biasa,
beliaulah Ibu Yuniarsari,
beliaulah pahlawanku.

Terimakasih telah menyimak kisahku ini, semoga dapat menjadi inspirasi bagi Anda dan banyak orang.
......
Ibu Yuniar bersama putranya, Raihan kecil.
 Fotonya diambil dari profil facebooknya Raihan besar :D

November 2, 2010

Terimakasih.

Disini kami dipertemukan...
Disini kami mendapat harapan...
Disini kami mendapat kenangan...
Dan Disinilah kami mendapat sesuatu yang takkan pernah bisa dinilai dan dihitung oleh nilai nominal terbesar di kehidupan ini, dan itu adalah...
Keluarga...
61 laskar dari seluruh penjuru nusantara mencoba mengubah kehidupannya, terlebih lagi keluarganya, terlebih lagi bangsanya, dan yang sangat berlebih yaitu mengubah dunia ini, yah, itulah misi kami, para BIUSer, misi sebagai agen perubahan.
Tak terasa bridging yang mengesankan dan kaya akan esensi telah usai, dan kini kami sudah memulai aktivitas baru kami yaitu 'kuliah', kata langka yang sebelumnya hanya terpikirkan sesaat dan diabaikan oleh keempat kuadran otak ini karena ketidak mampuan secara finansial. Sampai uluran itupun tiba yang mengakibatkan kenikmatan yang luar biasa dari Allah yang sampai bulan ini masih terasakan. Terimakasih untuk para donatur, terimakasih untuk para relawan, yang utama, terimakasih kepada Ibu Betty Alisjahbana sebagai inisiator dari program indah ini. Tak lupa juga kepada Ibu Yuniar yang telah berbagi informasi yang penuh dengan harapan ini, dan yang terakhir kepada sang maha pemberi kenikmatan, Al-Basith.
Terimakasih, hanya kata itu yang bisa saya lontarkan, semoga kelak balasan semua amal ini dari yang terukur sampai yang tak terukur yaitu berupa surga firdaus sebagai naungan terakhir kita.
Aamiin.