October 21, 2010

Tentangku dan Sang Tangan Kanan

Pada zaman dahulu, tepatnya tahun 1992 di bulan juli, di suatu daerah di kota Bandung yg dinamakan cicadas, terdengar suara tangisan nyaring dari suatu rumah keluarga sumpeno. Ada apakah gerangan? Ternyata, di shubuh hari itu, nyonya rukiah setelah pulang dari pasar melahirkan anak laki-laki pertamanya, dan ternyata suara tangisan itu berasal dari bayi laki-laki yang ganteng itu, dan sang kakak pertama dari sang bayi menamai bayi ganteng tersebut dengan nama Dudi Julianto, dan itu aku!! Haha!

Aku pertama kali suka dan cinta dengan yang namanya seni rupa itu sejak aku dikenalin gambar pemandangan oleh sang guru Tk di Tk aisyiah 14.

Beranjak ke SD tepatnya SDN SOKA, akupun semakin suka tuh sama yg namanya gambar, apalagi pas ada film digimon adventure di indo****, aku jadi menemukan passionku, yaitu di bidang fun art, haha.

Tahun demi tahunpun berlalu, karena faktor yang sampai sekarangpun aku belum ngerti juga, pada saat aku naik ke kelas 5, aku dan sekeluarga pindah ke suatu desa di sumedang.

Tanpa mengenal kondisi dan situasi di desa yang kurang mendukung untuk terciptanya fun art, akupun terus mengembangkan kecintaan terhadap fun art ini dengan cara menggarap sebuah manga yang sampai sekarang masih dirilis.

Setelah lulus dari SDN Ciluluk 1 (tempat gua berpaling), aku testing dan lolos ujian seleksi ke SMPN 2 Tanjungsari (termasuk favorit sekecamatan lho). Hmm, intinya selama 3 taun aku belajar disitu, aku terus mengasah potensi yg tertanam di tangan kananku ini. Soalnya gak ada yang khusus sih.

SMAN Tanjungsari, aku milih sekolah itu karena isunya sekolah itu tergolong favorit. Dan di situlah untuk pertamakalinya aku mengukir prestasi. Yaitu sebagai juara lomba character design manga tingkat provinsi, disusul dengan juara lomba poster tingkat kabupaten sebagai prestasi keduaku di sekolah itu.

akupun lulus UN 2010 kemarin, dan aku mulai galau apakah aku harus kerja ataukah melanjutkan pendidikan ini ke perguruan tinggi. Sebenarnya sih aku lebih ingin melanjutkan pendidikan ini akan tetapi kemampuan ekonomi keluargaku yang gak mendukung. Pada saat aku sedang galau-galaunya datanglah sesosok malaikat yang menjadi perantara pemberian anugerah itu dari Allah. Sosok itu ialah Bu Yuniarsari, guru matematika sekaligus sebagai wali kelasku. Beliau yang menawarkanku formulir beasiswa ke perguruan tinggi. Berkat beliau sekarang aku ada dan bahagia disini. Terimakasih ibu, andai kau membaca teks ini :( .

Sejak dari situ aku belajar dengan luar biasa sungguh-sungguh, dan berdoa teratur tiap kelar shalat. Dan akhirnya dengan susah payah akupun di terima di program beasiswa pendidikan penuh (BIUS) di FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain) ITB sebagai pilihan pertamaku lewat USM daerah. Yah, that's all.

Cerita diatas gak akan menjadi asyik dan indah apabila aku gak punya 'sang tangan kanan' ini sebagai sistem organku. Dan itu semua membuktikan bahwa,

My hand, My life.
:D

My hand, My life?

My Hand, My Life.

Tanganku, Hidupku.

Kenapa? Mungkin karena kalo tanganku dipotong, otomatis aku jmeninggal?

Ehm, Mungkin iya, mungkin enggak. Lebih tepatnya sih my arts, my life, tetapi itu terlalu biasa, dan arts itupun timbul atas setiap gerakan tangan kanan andalanku ini :D.

Wah, wah, mungkin agak berlebihan kalau seni dijadikan suatu kehidupan atau lebih tepatnya faktor utama untuk bertahan hidup. Tapi, jika hidup ini tanpa seni, kita tak akan mengenal spektrum warna yang indah yang mempunyai kesan dan makna berbeda dari setiap jenis dan campuran warna itu. Dan tanpa senipun kita takkan bisa merasakan asyik melintasi dari tempat awal menuju tempat yang berbeda dari setiap tempat yang ada di planet ini, dan itu hanya bisa kita rasakan bila kita mempunyai 'kendaraan' yang biasa dikenal dengan imajinasi yang diciptakan oleh seni itu sendiri.

Mungkin jika aku gak bisa merasakan dan menikmati atau bahkan menciptakan itu, aku lebih baik skip aja nih kehidupan.

Yah, semua itu karena,
My Hand, My Life