November 25, 2012

Actually I have grown up, but what is the Truth?


Seperlima abad bukanlah waktu yang singkat dalam beberapa kondisi, waktu selama itu cukup untuk menyadari beberapa kebenaran maupun keburukan, waktu selama itu cukup untuk membedakan apa itu pahala apa itu dosa. Rasanya sih seperti itu di usia 20 tahunku ini.

Berkat usiaku yang ini, Ibu mulai mengiyakan omongan- omonganku. kakakpun begitu, sebagian besar pernyataanku mereka benarkan. Adikkupun terpengaruhi, agaknya dia sudah bisa menerima apa yang kusugestikan padanya.

Waktu terasa begitu mengerikan apabila sesaat kita mengingat- ngingat dosa apa saja sudah kita perbuat. Lebih mengerikan lagi apabila kita mengingat akan kesadaran kita  akan dosa yang terkadang terlewat. Terkadang di benak muncul seperti “ Ya Allah, apa yang telah kuperbuat?”

Sebenarnya itu semua bisa diatasi dan tak jadi masalah apabila selambat –lambatnya kita dapat mengalami dan tahu apa itu taubat. Sayangnya ada manusia yang sama tak beruntungnya seperti Fir’aun yang tak diberi kesempatan oleh kematian untuk menyadari apa itu taubat. Semoga kita dijauhi dari nasib sekonyol itu. Bagaimanapun caranya, sebisa mungkin, apapun yang terjadi, sadar akan taubat itu harus kita dapatkan, karena kematian tak pernah menjanjikan waktu kapan dia akan datang.

 Ketika usia ini berada di masa kanak- kanak, kita hanya diberitahu guru bahwa mencuri itu perbuatan tercela, sedangkan sedekah itu perbuatan terpuji. Kita sebatas tahu tapi tak sadar mengapa hal – hal itu ditetapkan seperti itu. Sampai akhirnya pengetahuan kita bertambah, pola pikir kita berkembang, kesadaran kita menguat.

‘Ternyata benar’, ‘Ternyata salah’, ‘Ternyata gak sepenuhnya seperti itu’mungkin pernyataan- pernyataan seperti itu yang kita sadari di usia ini atas jawaban apa saja yang telah kita pertanyakan selama ini. Itu disebabkan karena kita berpikir, kita dianugerahkan pikiran yang tak semua Makhluk hidup dapatkan.

Sesungguhnya apabila kita mau berpikir, membuang kesombongan, membuka hati, kebenaran- kebenaran itu  akan mudah didapatkan. Karena mereka jelas, yang membuatnya tak jelas yaitu kesombongan, ketidak mauan untuk berpikir, dan menutup diri.

Sampai di usia ini, aku sudah cukup puas dengan apa yang kuyakini. Sampai disaat ini, usaha- usahaku untuk menemukan jawaban- jawaban sewaktu masih kecil agaknya membuahkan hasil yang memuaskan. Karena kondisiku saat ini sudah sangat yakin akan banyak hal  terutama hal- hal yang menyangkut kebenaran dan ketidakbenaran. Setidaknya aku yang sekarang  takkan lagi menjawab ‘karena Bapakku Islam’  ketika aku ditanya ‘mengapa kamu Islam?’. Setidaknya aku yang sekarang tahu mengapa Liberalisme, Sekularisme, Pluralisme itu faham- faham yang gagal sebagai solusi, faham yang salah.

Hanya ikan yang mati yang terbawa arus air.

Jangan terbodohi oleh lingkungan.  Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita rasakan tak jarang tak sesuai dengan kenyataannya.  Oleh karena itu, menyaring informasi merupakan tindakan yang tepat di era pembodohan ini.

Sebenarnya, hal ini tak ditentukan oleh sudah berapa lama kita hidup, tapi hal ini tergantung pada seberapa lama kita mencari tahu, berpikir, dan membuka hati. Karena tak sedikit manusia yang masa hidupnya hanya dipenuhi dengan putus asa akan hidup, acuh akan kebenaran, enggan untuk berpikir, terlalu cinta dunia, sombong untuk menyadari kebaikan. 

Oleh karena itu kawanku, mari semangat untuk menemukan kebenaran itu, mari berpikir, buang kesombongan, itu sungguh tak layak untuk kita, mulailah membuka diri akan kebenaran kebenaran yang ada. Mungkin engkau lebih lama hidup di dunia ini, mungkin status sosialmu lebih tinggi daripada aku, namun itu tak menjamin bahwa kaulah yang paling benar, begitupun diriku bukan bermaksud untuk ‘sok bener’. Namun, mengajak untuk berpikir adalah aktivitas lintas usia, lintas kalangan. Apabila akhirnya kita menemukan hal yang berbeda, maka itupun tak apa. Namun sayangnya kebenaran itu hanya satu. Jika tak benar, maka salah. Jika aku yang salah, maka dirimu yang benar. Begitupun sebaliknya J

Agaknya sekian untuk coretan di Shubuh ini, Maafkan apabila tulisannya terlalu biasa, maaf pula apabila ada kesalahan dalam tulisan ini, hal itu biasa untuk kita manusia. Semoga  manfaat yang kuharapkan dari coretan ini bisa terwujud.

Aamiin. 

July 3, 2012

Apa Jadinya??



Kali ini aku dapet stimulus yang cukup mengagetkan sehingga dengan spontan otak merespon dengan kalimat ‘apa jadinya??’

Nah, mungkin aku bukanlah satu- satunya yang terkagetkan oleh stimulus ini, bisa jadi otakmu sependapat. Untuk membuktikannya silakan baca kutipan fakta dibawah ini :

TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Djoko Santoso mengatakan bahwa perguruan tinggi negeri sudah setuju menggunakan hasil Ujian Nasional (UN) sebagai syarat masuk perguruan tinggi negeri.“Perguruan tinggi sudah setuju,” kata Djoko ketika ditemui di kantornya, 4 Juni 2012 siang.
Djoko mengatakan kebijakan tersebut mulai diberlakukan tahun depan. Dengan demikian, nantinya perguruan tinggi negeri tak perlu lagi mengadakan tes atau ujian lain untuk menyaring calon mahasiwa. Cukup berpatokan pada nilai UN siswa. “Agar irit, jadi tak perlu ada tes lain,” kata dia.

Djoko mengatakan sistem penggunaan nilai UN sebagai syarat masuk perguruan tinggi negeri sebenarnya sudah diterapkan tahun ini. “Calon mahasiswa yang masuk melalui jalur undangan kan dilihat berdasarkan nilai UN,” katanya.
Adapun daftar calon mahasiswa yang masuk melalui jalur undangan itu ditentukan langsung oleh setiap perguruan tinggi negeri. Setiap perguruan tinggi negeri ditetapkan untuk mencari 60 persen calon mahasiswa dari jalur undangan.

Bagi kamu yang pertama kali mengetahui kenyataan ini mungkin mendapat respon yang tak jauh berbeda dengan responku. Mengapa demikian? karena aku, bahkan kita, menyadari beberapa kenyataan lain yang agaknya membuat fakta yang satu ini sulit diterima, diantaranya:

UN difungsikan sebagai standar kelulusan, sehingga para peserta uji beranggapan ‘tenang aja, asalkan nilai diatas nilai batas minimum kelulusan pasti lulus kok’. Sedangkan ujian masuk  PTN atau yang akrab disebut SNMPTN, UMPTN, atau SPMB difungsikan untuk mengurutkan kemampuan perserta uji yang pada akhirnya diseleksi sesuai dengan quota yang tersedia, sehingga para peserta uji berpikir ‘mau tidak mau aku harus mencapai nilai tertinggi nih’. Lalu apa jadinya jika kedua fungsi itu disatukan yang sudah sangat jelas perbedaannya. Sepertinya masih terbayang, tapi mari kita sinkronkan dengan fakta selanjutnya.

UN yang gak kredibel,  fakta ini sudah menjadi rahasia umum, SMA-ku salah satu contoh atas rendahnya kejujuran UN. Mencontek, membeli kunci jawaban, merevisi jawaban sudah menjadi tradisi tiap tahun bagi siswa, pengajar dan staff di sekolahku. Tradisi inipun menyebar di sekolah lain dibuktikan dengan pengakuan teman sekampusku yang berasal dari berbagai SMA dari berbagai daerah. Maka selain meresponnya dengan ‘Apa Jadinya??’ fakta inipun mendapat respon ‘How ironic..’. jadi sepertinya janganlah terlalu menyalahkan koruptor apabila terjadi kasus korupsi, lihat jauh ke akarnya karena ternyata menjadi koruptor merupakan salah satu ‘mata pelajaran’ di sekolah. Yang padahal mengurangi jumlah koruptor merupakan solusi yang jauh lebih irit

Cukup dengan 2 fakta diatas saja aku cukup bisa menolak fakta hasil Ujian Nasional yang akan dijadikan syarat untuk memasuki peruruan tinggi negeri .

Yang paling membuatku bertanya- tanya apabila kebijakan ini diberlakukan, yaitu apa jadinya jika nilai UN dijadikan syarat masuk PTN dengan jurusan Seni atau Desain???, tentunya sangat membingungkan, diberlakukannya jalur undangan pada jurusan seni atau desain saja sudah membuatku heran dan berpikir ’kok bisa-bisanya menyeleksi mahasiswa senirupa atau desain hanya dengan melihat nilai rapot?’. Namun sepertinya atas kesadaran ini pula tahun ini FSRD mengurangi quota untuk jalur undangan.

Bahkan, apabila aku boleh berpendapat, jalur undangan yang diberlakukan sejak 2011 lalu merupakan sistem yang menurutku agaknya kurang efektif dalam penyeleksian. Disadarkan oleh beberapa fakta yang terkait kualitas mahasiswa yang lolos lewat jalur undangan. Contoh konkritnya ada di kampusku, ada seorang dosen yang mengadakan kuis yang di lembar jawabannya dimintai informasi kepada mahasiswanya terkait jalur seleksi yang mereka tempuh yakni, undangan atau tertulis. Setelah kuis dinilai, didapatkan kesimpulan yakni mahasiswa yang lolos jalur tulis memperoleh nilai yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang lolos jalur undangan. Fakta ini cukup mengevaluasi dan menuntut kita untuk memperbaiki sistem penyeleksian jalur undangan tersebut.

Adapun contoh konkrit kedua yang berasal dari fakultasku, aku mengunjungi pameran penjurusan mahasiswa TPB FSRD beberapa waktu lalu, dari 200 sekian mahasiswa yang mengikuti pameran penjurusan ada lebih kurang 18 mahasiswa yang tidak mengikuti pameran, dengan alasan yang didapat yaitu tidak adanya karya untuk dipamerkan, tak ada karya utnuk dipamerkan mengartikan mahasiswa itu jarang mengerjakan tugas atau tugasnya yang hilang, sayangnya kemungkinan pertamalah faktanya, karena karya yang dipamerkan merupakan karya- karya terbaik yang ditugaskan di TPB. yang menguatkan atas ke-tidak sependapat-anku terhadap jalur undangan yaitu mahasiswa yang tak mengikuti pameran didominasi oleh mahasiswa yang lolos lewat jalur undangan.

Terlebih dampak yang mungkin didapat apabila jalur undangan ini masih diterapkan, siswa SMA akan menjadikan nilai yang tinggi sebagai orientasi akibatnya kegiatan non-akademik akan dikurangi dikarenakan fokus tercurahkan pada cara untuk meninggikan nilai rapot, yang padahal kegiatan non-akademik sangatlah efektif untuk mengasah soft-skill. Disamping  itu standar penilaian para guru di SMA pasti bervariasi,  hal ini salah satunya dipengaruhi oleh faktor letak. Soalnya, standar yang diberikan oleh guru SMA di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di daerah, hal itu pribadi aku sadari.

Namun sistem jalur undangan ini justru akan menguntungkan tempat bimbingan belajar karena bimbel salah satu upaya untuk meninggikan nilai rapot. Sehingga  dampaknya siswa hanya mengerti rumus praktis sebagaimana yang diberikan oleh bimbel- bimbel pada umumnya dibanding konsepnya. Dampak lainnya akan sangat merugikan bagi mereka yang tak ada kemampuan untuk mengikuti bimbel dengan kata lain mereka yang mempunyai kemampuan ekonomi yang rendah. Kemungkinan yang jauh lebih buruk yaitu sekolah mempunyai reputasi rendah bisa nekat merekayasa nilai rapot siswanya agar siswanya dapat memasuki PTN favorit yang tentu pada akhirnya dapat menaikkan reputasi sekolah tersebut.

Maka opiniku sampai saat ini masih sangat setuju apabila ujian tertulis atau SNMPTN tertulis masih bisa diterapkan dalam penjaringan mahasiswa PTN. Dan berharap nilai UN hanya berpengaruh terhadap kelulusan sekolah, tidak lebih. Juga harapan lainnya sistem jalur undangan yang sudah 2 kali diberlakukan dapat dikaji ulang .

Itulah pendapatku atas stimulus  yang cukup mengagetkan ini, fiuhh.
Apa jadinya ya? Hmm..

April 14, 2012

soledad


Ini tentang ukhuwah, ukhuwah antara aku dan 2 orang lelaki lainnya, ukhuwah yang insyaAllah penuh berkah dan terjamin kekuatan dan kepaduannya.

Keterjalinannya berawal ketika aku yang masih bangga mengenakan seragam putih merah di tahun kelima, yang waktu itu dituntut hijrah dari kota kembang menuju kota tahu oleh kondisi yang belum kumengerti juga bahkan sampai saat ini.

Nama lengkapnya Sobandi Wiguna, tapi kami, teman sekelasnya lebih asyik memanggilnya Bandi. Panggilan yang lucu waktu itu kupikir, karena mungkin baru saat itulah pertama kalinya aku mendengar kombinasi huruf yang semacam itu. Dia salah satu yang cerdas di kelas, secara ranking yang cenderung tinggi selalu ia raih tiap semester. Lelaki berkampung halaman indramayu ini agaknya mempunyai ciri khas yang sangat merefleksikan lelaki terbuktikan dengan ketertarikannya terhadap sepak bola. Selain terhadap si kulit bundar, cowok mantan ketua rohis semasa SMA ini mempunyai juga ketertarikan terhadap sesuatu yang dipetik- petik tapi sayangnya bukan kecapi, melainkan gitar. Alat musik yang asik untuk dibawa piknik :D. Yang membuatku kagum pada lelaki yang sekarang sedang menekuni keilmuan Teknologi Hasil Hutan di fahutan IPB ini yaitu dia yang mempunyai karakter kepemimpinan yang kuat, dikarenakan kemampuan bersosialnya yang bisa dibilang supel, akibatnya tak jarang ada organisasi yang diikutinya yang mengamanahkan kepemimpinan padanya. Semoga kelak kepemimpinannya dapat belanjut di masa yang akan datang J. Selain sebagai pemimpin, diapun sukses sebagai seorang teman, teman dalam artian sesungguhnya, teman yang selalu merangkul, teman yang senantiasa mendengarkan, juga tak henti mengingatkan. Berharap ikatan dengannya tak melonggar dan semakin erat.

Wildan Rosyihan Anwar, begitu nama lengkap yang diberikan orangtuanya. Tapi biar gak repot cukup wildan saja panggilannya. Sama seperti Bandi, awal pertemuan dengannya sekitar 9 tahun yang lalu di SDN Ciluluk 1 di kelas 5B. Sejak awal bertemu, sudah sangat kontras terlihat bakatnya di bidang seni musik, belum pernah lagi kutemui sampai saat ini orang genius dalam hal musik yang dapat menentukan chord sebuah lagu yang padahal belum pernah dia dengar sebelumnya. Dia yang agak insane yang dibuktikan dengan dirinya yang selalu menyebut dirinya ganteng, mempunyai selera humor yang ‘payah’ yang membuat kami, orang disekitarnya selalu merasa beruntung apabila bersamanya, karena bisa dibilang hiburan gratis selalu ada dalam kebersamaannya :D semasa SMA dialah yang paling kompak dalam hal apapun dari hal ketertarikan terhadap musik, sampai ketertarikan terhadap wanita. Cowok yang mempunyai kisah romance yang rumit ini mempunyai pemikiran yang simpel namun cerdas, dibuktikan dengan pernyataannya- pernyataannya yang sangat sederhana namun solutif dan kreatif. Sekarang gelar sopomhore teknik tekstil di STT tekstil sedang ia sandang, yang harapannya dapat menjembatani dirinya kepada apa yang selama ini ia cita- citakan J lelaki narsis ini merupakan teman sebangku terbaik sepanjang hidup, teman yang selalu peka terhadap kondisi temannya, teman yang selalu peduli dan senantiasa berusaha sebisanya untuk menjadi pendamping dalam pencarian jalan keluar di berbagai masalah hidup ini. Semoga ikatan kita tak pernah lusuh ya, karena hal berharga seperti ini tidak jarang setiap orang dapatkan.

Kami bertiga sudah terlalu kompak selama 9 tahun ini, mungkin satu- satunya hal yang kurang kompak diantara kami yakni dalam hal kelanjutan studi. Memanglah hal itu sangat disayangkan karena akibatnya, tak ada lagi guyonan bareng seperti dulu, tak ada lagi nyanyi- nyanyi diiringi gitar seperti SMP, tak ada lagi diskusi kehidupan seperti sewaktu SMA. Memang sangat disayangkan, namun disitulah letak cobaanNya, ikatan kami sedang diuji olehNya, sejauh mana kami dapat menyambung silaturahmi dengan jarak fisik sebagai kendala utama. Karena sesungguhnya kekuatan ukhuwah itu menakjubkan, jarak bisa jadi kerikil kecil apabila simpul dari ukhuwah itu sudah sangat erat.

Sekedar harapan, apabila Allah telah menuliskan umur yang cukup bagi kita di lauhulmahfudz, aku ingin sekali saling pamer istri diantara kita, aku ingin sekali melihat cucu- cucu kalian, ingin sekali menikmati masa tua bersama cerita- cerita kalian, dan apabila mungkin aku ingin masa- masa indah bersama kalian yang kini sulit terwujud dapat terwujudkan kembali kelak. Karena bersamamu merupakan nikmat yang luar biasa kawan. Ukhuwah seindah ini tak banyak dinikmati orang lain, ukhuwah sehangat ini tak jarang diidam- idamkan banyak orang. Oleh karenanya, jagalah simpul ini, jagalah keterpaduannya, jagalah agar jangan sampai melonggar, jangan biarkan dia putus oleh berbagai kendala, apakah itu jarak, apakah itu waktu, atau faktor kondisi lainnya. Jangan biarkan hal apapun dapat menggoyahkan ikatan kita.

Perihal judul, apakah kalian ingat apakah itu? Kekekek

Silakan ingat-ingat, kalo masih gak ingat, cobalah terus sampai ingat, kalo masih belum ingat juga, tolong periksa lagi barangkali bisa ingat, kalo emang belum kunjung ingat juga coba deh sekali lagi di cek mungkin aja bisa ingat, kalo emang belum ingat- ingat juga...

Piraku weh -_-  

Akhir kata, sebelumnya tolong jangan muntah, biasanya si Bandi mah suka berpikir yang tidak senonoh kalo ada kalimat ini teh,

I love you because Allah
:D

Semoga rahmat Allah senantiasa bernaung dalam setiap langkah kita,
aamiin

April 4, 2012

yuk ah ngomongin ef- es- er-de



Sebenernya udah lama sih pengen bikin tulisan ini, sejak musim SNMPTN 2011 kemaren, yang emang pada saat itu sedang dilanda hujan meteor pertanyaan- pertanyaan dari adek- adek yang pada utukutukutuk yang punya semangat juang setingkat naruto untuk melanjutkan studinya di  ef- es- er- de i-te-be. Namun maaf bgt ya untuk kalian yang aku anggap adek di tahun 2011 kemaren yang mungkin pertanyaannya sempet diabaikan karena emang saat itu aku sedang sedangnya keasyikan nugas di te- pe- be (TPB -_-) kekekek. Dan kali ini aku ingin coba bantu sebisanya bagi siapa saja dari kalian yang berani menantang si ffffing gambar suasana yang mungkin mengalami fenomena ketidakjelasan seputar ef- es- er- de (haduh repot ngetiknya -_-), ujian masuknya atau itb secara universal, okay let’s get started J


kegiatan perkuliahan di TPB
“Kak, aku tuh pengeeeee......en (padahal gak sepanjang itu harkatnya -_-) bgt masuk ef- es- er- de (haduh capek -_-) tapi aku tuh gak bisa gambar, tapi aku suka bgt gambar, kira- kira bisa gak ya masuk ef- es- er- de (...) ???”


Abaikan yang didalam kurung -_-
Pertanyaan itulah yang biasanya muncul, yang memang terbuktikan di seminar AMI kemaren saat aku jadi kuncen di stand ef- es- er- de (fiuh), dan jawabannya tak lain tak bukan tak tau apalagi


“PASTI BISA!”


Pastilah bisa kalo gak bisa akupun gak akan mungkin bisa belajar disini, karena memang faktor utama dari kemungkinan itu yakni KEINGINAN (yang dicapslock berarti intonasinya penuh semangat yah K)soalnya dari keinginan tersebutlah usaha- usaha akan dimaksimalkan, hanya saja yang membedakannya yaitu porsi. Ada yang punya keinginan tapi usaha untuk belajarnya lemah, berarti keinginannya itu punya porsi rendah. dan ada yang punya keinginan dan memang usaha untuk belajarnya tuh sepadan dengan tingkat keinginannya yaitu tinggi, nah hal itulah yang mengakibatkan aku sekarang dapat bergelar sophomore di DKV ITB (gak de- ka- ve i- te- be ah, capek nulisnya). So, bagi kalian yang memang punya pertanyaan sejenis diatas, mantapkanlah keinginanmu ya J


Pameran penjurusan
“Kak Dudi yang baik hati (hehe, ngarang) ujian masuk ef- es- er- de (sial kepencet, males pencet backspace) tuh kayak gimana sih?”


Nah kira- kira inilah pertanyaan dengan peringkat kedua terbanyak setelah pertanyaan diatas yang kuterima selama ini (selama apa emang? Baru juga 3 semester kuliah -_-). Dan jawabannya adalah:


“hmmm, sebenernya untuk pertanyaan yang ini aku gak bisa banyak jawab, mungkin yang bisa kujawab hanya di ujian gambar suasana dan ujian gambar tes kreativitas, soalnya zamanku USM, emang gak diperkenalkan kepada soal paket IPS, namun aku punya informasi sedikit tentang IPS itu nih, ehmm, gimana ya, bukannya menganjurkan untuk mengabaikan paket soal ini, tapi berhubung bobot uji keterampilan itu lebih besar pointnya dibanding soal IPS ini, jadi aku sarankan untuk lebih fokus pada latihan uji keterampilanny, namun jangan sampe terlena juga dan lupa belajar IPS ini, soalnya menurutku pribadi entah ini benar ato nggak si soal IPS ini hanyalah formalitas, karena memang ITB menghapuskan sistem ujian mandiri dan merubah ujian pada satu jenis yaitu SNMPTN, dan SNMPTN ini memang punya golongan paket soal IPA dan IPS, juga IPC bagi mereka yang berminat ambil studi lain selain basic ilmunya saat di SMA, nah oleh karenanya ef- es- er- de digolongkan kepada IPS agar terkesan lebih universal, itu asumsiku sih yang entah benar atau nggak kebenarannya :D. Eits, kembali ke jalur, nah kalo untuk uji keterampilannya nanti tuh kalian akan dihadapkan pada 2 jenis hal yang punya sifat memuakkan dan juga menyenagkan yaitu gambar suasana dan gambar uji kreativitas.

Gambar suasana, dari judulnya aja udah sangat meneriakkan tujuan pengujiannya yaitu untuk mengukur kemampuan kita dalam hal menyuasanakan peristiwa, seberapa mampukah kita dalam menggambarkan suatu suasana sehingga suasana tersebut sangat terasa keramaiannya apabila suasana pasar, sangat terasa semangatnya apabila susana saat demonstrasi, sangat terasa kekontrasannya namun satu apabila suasana yang menggambarkan perlawanan kata sifat. Jadi untuk hal gambar suasana ini, aku sih menyarankan untuk mempelajari kekhasan tiap suasana, dan berlatih menuangkannya pada gambar. Memang sih katanya di tiap daerah dimana diadakan ujian bentuk instruksinya tuh sangat berbeda, ada yang terkesan mudah ada juga yang terkesan sulit, tapi sebenarnya tujuan pengujiannya tuh sama kok, hanya bentuk soalnya saja yang berbeda, jadi menurutku sih gak usah deh pilh- pilih tempat ujian, mending yang mudah diakses saja, irit BBM (BBM kan naik K)

Dan yang kedua, gambar uji kretivitas, agaknya ujian ini seperti psikotes, namun lebih memuakkan daripada itu soalnya jumlah soalnya yang berjibun dan instruksi soalnya yang lumayan bikin otak kejang (pengalaman -_-). Intinya sih di ujian ini kita benar benar mengandalkan ke-out of the box-an kita, misalkan ada instruksi untuk menggambar suatu tema yaitu ‘masa depan’ jangan sampai kita memikirkan hal- hal yang lumrah dipikiran banyak orang, mungkin kebanyakan dari orang mengaitkan masa depan dengan sesuatu yang sangat canggih seperti robot, dan semacamnya. Nah, apa salahnya kita sedikit menyimpang dari kelumrahan itu, misalkan masa depan itu kita kaitkan dengan kiamat, atau kesuksesan seseorang, atau apapun yang tidak lumrah dipikirkan oleh banyak orang. Jadi, untuk hal kekreativitasan ini tergantung pada kemampuan berpikir pribadi masing- masing, biasakanlah untuK berpikir kreatif J


Begitulah jawaban dari pertanyaan si ranking dua versi saya :D


peran FSRD ketika wisuda
“kak, aku masih bingung, belajar di ef- es- er- de tuh kayak gimana sih? Apa masih belajar ilmu umum kayak di SMA seperti sosial dan eksak?”


Hohoo aku paling demen jawab pertanyaan ini


“kamu tau perbedaan antara bumi dan langit? Yah, seperti itulah perbedaan sistem belajar ketika saat di SMA dan dan saat kuliah di ef- es- er- de, jadi gak ada lagi tuh yang namanya ilmu eksak ilmu sosial yang selama di SMA sudah melulu digembleng, nah jadi apakah ilmu yang selama di SMA tuh sia- sia? Tentunya nggak karena pada dasarnya setiap ilmu itu  bertujuan untuk melatih cara berpikir kita. Tapi sebenarnya di ef es er de inipun kita gak seluruhnya melupakan ilmu umum itu, untuk kalian yang bermaksud untuk mengambil jurusan desain interior, ilmu fisika masih diapakai walau gak sekompleks ilmu yang dipelajari oleh teman- teman dari fakultas teknik, begitupun untuk desain produk. Selain itu ada juga psikologi  yang di desian komunikasi visual pelajari, dan sebenarnya saat TPBpun kita masih berkutat dengan mata kuliah umum seperti bahasa indonesia (tata tulis karya ilmiah), olahraga, agama, pkn dan bahasa inggris, juga beberapa kuliah umum lain yang sebelumnya belum ditemui di SMA.
Di ef es er de ini praktek sangat mendominasi, apalagi saat TPB, nyaris setiap hari tugas selalu ada, dan tugasnyapun bukan berupa pertanyaan yang ada jawaban pastinya, namun tugasnya berupa pembuatan sebuah karya dengan instruksi tertentu bergantung pada jenis mata kuliahnya. Disini gak seperti di SMA yang seakan- akan kita tuh ‘disuapi’ oleh guru, disini  kita dituntut untuk aktif dan berinteraksi lebih dengan pengajar, sehingga kuliahnya cenderung kepada diskusi, so the conclusion is ef- es- er- de is so fun, disini seperti taman bermain bagi kalian yang memang cinta terhadap seni dan desain :D that’s all”


Kurang lebih  seperti itulah pertanyaan- pertanyaan yang menghujaniku saat menjelang musim SNMPTN. Untuk pertanyaan lain yang belum sempat di tuliskan mungkin lain kali kita akan coba bahas karena memang si tangan kanan udah merasa gelisah, hehe. Tulisan inipun dibuat bukan sebagai siasat agar tak ada lagi yang bertanya, malahan tulisan ini tuh dibuat selain bertujuan untuk lebih mengenalkan ef- es- er- de tapi juga mempunyai tujuan untuk mengundang keingintahuan yang lebih dari kalian yang saya jamin banyak yang belum memiliki kejelasan. :D
Dan lagi untuk referensi lain silakan klik http://www.itb.ac.id untuk mengenal itb yang lebih, atau klik http://www.fsrd.itb.ac.id untuk menambah informasi seputar fsrd, atau klik juga http://usm.itb.ac.id dan http://snmptn.ac.id untuk kejelasan mengenai cara masuknya J
Keep spirit and pray, Kami tunggu di studio FSRD ITB (akhirnya bisa nulis bener juga -_-)
:D

March 22, 2012

Abii

Itu lho ayahku :D
Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk mengumbar ketidakrelaanku terhadap seorang sosok yang sudah hilang saat ini. Sama sekali bukan itu. Tulisan ini dimaksudkan untuk kamu, untuk kamu yang seharusnya selalu bersyukur karena mempunyai seseorang yang begitu menyayangimu tanpa pamrih, yang menyayangimu luar biasa tulus, yang rela mengorbankan nyawa hanya untuk mengisi lambungmu, yang rela bercucuran darah hanya agar terbentuk senyuman di bibirmu, yang berani meremukkan tulangnya dalam kulit yang sudah semakin longgar hanya untuk kelayakan hidupmu. Walau sering kali kita mendustakannya. Kadang beralasan dan bahkan tanpa alasan apapun.

Jangan sampai kamu menyesal, karena itu terlalu perih untuk dirasakan, mengapa? Karena aku telah merasakannya. Sesalan yang kuestimasikan tanpa ujung. Sesalan yang sebenarnya tak menghasilkan apapun. Sesalan yang sangat perih.

Kira- kira kejadian yang tak pernah terduga itu terjadi sekitar bulan Juli saat aku libur semester genap di kelas 2 SMP.

Mungkin iya, kesadaranku akan kecintaannya masih terlalu kecil saat itu, yah, aku terlalu bodoh untuk menyadarinya, sampai akhirnya sekarang aku sangat menyadari bahwa kecintaannya terhadapku melebihi dirinya sendiri bahkan lebih.

Bapak, atau terkadang kalau lagi mood kami panggil dia Babeh, dia benar benar lelaki Sunda yang ganteng, yang sampai- sampai seorang wanita yang terlalu cantik dan hebat seperti Ibukupun jatuh hati padanya. Hmmm, tapi itu saat dia muda, saat rambutnya belum botak ditengah yang lebih mirip Einstein seperti terakhir kali ku melihatnya,  walau begitu, kegantengannya tak pernah kalah oleh kejamnya kebotakkan dan waktu, buktinya saja, Ibuku yang semakin lama waktu berlari, kecintaan terhadapnya tak pernah lusuh, bahkan semakin kuat. Yaah namun tentunya kegantengannya bukanlah hal yang terlalu berpengaruh terhadap kecintaan ibuku. Masih ada aspek- aspek lain yang belum pernah Ibu ceritakan padaku yang menjadi dorongan dia untuk menerima lamaran Babeh.

Bapak adalah lelaki bungsu dari 6 bersaudara, walau begitu kehidupannya yang paling singkat dibanding saudara yang lain. Tapi jangan pernah berpikir bahwa Bapak diperlakukan seperti sosok bungsu pada umumnya, orang disekitarnya begitu menghormatinya bahkan oleh orang yang umurnya lebih tua dibanding dirinya. Sepertinya yang membuat Bapak dihormati seperti itu karena bakatnya yang luar biasa, bakat terhadap all about electric. Sampai- sampai orang Korea saja memperebutkannya, yang padahal Bapak bukanlah seorang engineer, jangankan engineer, ijazah SMP saja dia belum sempat dapatkan, karena terlalu sibuk dengan hobi renangnya sewaktu SMP. begitulah Ibu mengatakannya sambil tersenyum penuh rindu.

Aku ingin sekali menyalahkan profesi dan kebiasaan merokoknya, karena menurutku, hal hal itulah, yang membuatku tak bisa lagi merasakan serunya duel billiard di sebuah permainan yang ada di nintendo kuno kepunyaanku. Tapi ternyata, memang tak ada yang layak disalahkan, semua berjalan sesuai kehendakNya, dan memang itulah yang terbaik yang Dia timpakan pada kami.

Awalnya dari sebuah kecelakaan saat dia bekerja di Negara yang disebut Austria. Itu menurutku, karena memang semenjak Babeh pulang dari sana, Babeh sering sakit- sakitan dan selalu memintaku untuk dipijitin. Namun karena kenakalanku waktu SD yang punya hobi aneh mangoleksi kartu Digimon, aku selalu minta imbalan uang atau gaji atas pijitan itu, waktu itu tarifnya masih Rp.1000/pijitan pada satu sistem organ, dan terus berkembang dan menjadi pekerjaan tetap hingga tak ada lagi yang bisa dipijit.

Semuanya kenangan indah, tak ada satupun kenangan buruk bersamanya, bahkan ketika telapak tangannya melayang cepat ketubuhku ketika aku enggan untuk mengaji. Itupun begitu indah, yang bahkan sangat kucita- citakan di masa- masa kini. Namun itulah cita- cita yang mustahil.

Entah apa lagi yang harus kutulis mengenai semua ini, apakah aku harus menulis bahwa sekarang air mataku sedang menetes sambil bergemetaran tangan untuk mencoba mengungkapan semua ini. Atau apakah aku harus menulis bahwa aku adalah anak durhaka yang selama masa hidupnya hanya menunjukan kegagalan demi kegagalan kepada Ayahnya, atau bahkan apakah aku harus menulis bahwa aku sangat ingin bertemu dengan Babeh walau itu mustahil.

Yasudahlah, aku ikhlas, aku ikhlas Yaa Allah, dia milikMu, sepenuhnya milikMu, mungkin bila boleh dikata aku hanya meminjamnya sebagai seorang yang sangat menyayangiku di dunia ini. Walau hanya sebentar tapi aku sangat bersyukur karena nikmat inipun tidak jarang tidak dimiliki orang lain, aku sudah cukup bahagia mempunyai ayah dalam arti fisik selama 19 tahun lebih, apalagi sesuatu yang Allah pinjamkan itu adalah sesuatu yang sangat hebat, jadi wajar apabila masa pinjamannya singkat.

Sesuai fitrah, pertemuan mengundang perpisahan, jadikanlah keduanya menjadi sesuatu yang luar biasa, agar mampu dikenang, agar mempunyai arti, seperti Ayahku yang sukses membuat kenangannya senantiasa berkeliling indah dalam hidupku yang sangat mustahil untuk dilupakan. Haah, sudahlah aku tak bisa mengungkapkannya lagi penegtahuanku masih kurang untuk merangkai keindahannya.

Untuk akhirnya sih, aku hanya ingin memberikan sedikit saran, saran untukmu agar lebih berbakti kepada Orangtua, bukan hanya Ayahmu tapi juga Ibumu, karena berbakti kepada orangtua merupakan salah satu nikmat yang sangat luar biasa, yang untuk sebagian orang sepertiku, hal itu sangat dicita- citakan. Jadi, jangan pernah kesempatan untuk berbakti itu hilang karena kedurhakaanmu. Karena menyesal itu sangatlah sakit dan tidak berguna. Yang pada akhirnya hanya do’a yang bisa kita beri jika kita tersadar. Ehmm yang terakhir, salam ya untuk Ayahmu, semoga beliau senantiasa diberi kesehatan dan perlindungan, dan untukmu berusahalah untuk menjadi putra/putrinya yang terbaik yang pernah dia punya, jadilah anak shalih/shalihah untuknya J

Resuming the Life

Mungkin iya, memperhatikan hidup orang lain itu menjadi hal yang kurang menarik, karena kita disana hanya berperan sebagai penonton, sedangkan fitrahnya setiap manusia selalu ingin menjadi tokoh utama di hidupnya masing- masing. Tapi, pernahkah terlintas di pikiran bahwa umur kita yang belum tahu seberapa panjangnya ini masih terlalu menjadi wadah yang kecil untuk menampung seluruh ilmu dunia- akhirat yang begitu banyaknya. Oleh karenanya kita dapat menyiasatinya dengan meminjam umur oranglain, yah benar, belajar dari pengalaman oranglain merupakan salah satu cara yang menurutku efektif untuk belajar.

Akhirnya nulis lagi setelah sekian lama, karena ternyata kuliah gak sesantai yang terbayangkan saat SMA, hmm, tapi tak apa karena kalo aku gak mengalami ini ceritanya gak akan semenarik ini. Sebenarnya ada motif lain juga sih si curcolanku mulai lagi -_- baru saja melihat tulisan seseorang di blognya, dan sesaat terpikirkan untuk menulis lagi setelah UTS selesai, bukan hanya karena tulisannya sih tapi terlebih karena siapa penulisnya J oke cukup membahas latar belakang, mari kita bahas isinya.

Sangat ada banyak yang ingin kuceritakan pasca kisah sebelumnya, hanya saja tanganku gak bisa kompromi kalo udah merasakan kegelisahan berupa cenat cenut, apalagi sang tangan kanan, beliau tuh kurang tertarik untuk menyentuh keyboard, untuk sekarang beliau sedang benar- benar melakukan pendekatan dengan si intuos4. Tapi tak apa bos Otak sudah menginstruksikan untuk menulis, jadi beliau gak bisa membangkang. Ah! Iya juga, bagaimana kalau kita menceritakan mengenai kisah sang tangan kanan dengan si intuos4 aja, kayaknya beliau begitu semangat kalo membahas ini :D .

Kisahnya dimulai ketika aku yang sedang kesulitan memilih program studi di akhir masa TPB (tingkat 1). Ada beberapa kendala saat itu seperti kendala finansial, kendala passion, dan kendala waktu. Finansial pada waktu itu berkaitan dengan fasilitas penunjang kuliah, karena pada saat itu, Dell studio XPS 16 ini belum ada, sedangkan prodi di bidang desain hampir seluruhnya butuh media digital, seperti desain produk, desain interior, dan desain komunikasi visual. Terkait passion, karena sejak naruto season 1 sampe naruto shippuden, passionku sudah ada di desain grafis, jadi khawatir kalo masuk Seni murni atau kriya aku bakalan frustasi dan mati mimisan. Sedangkan waktu, pada saat kebingungan itu waktu untuk mengentri kuisioner penjurusan emang mepet L. Tapi disaat- saat seperti itulah rangkulan dariNya selalu datang.

Namun si kendala waktu makin membuat tertekan, sehingga akhirnya akupun memantapkan hati untuk memilih program studi Desain Komunikasi Visual sebagai jembatan yang insyaAllah tepat untuk mencapai target- targetku. 1 kalimat yang saat itu membuatku mantap yaitu ‘kondisi tak akan pernah kuizinkan untuk merusak ranah impianku, tak akan!’. Well, akupun masuk prodi tersebut, walau sebenarnya dengan susah payah karena mesti berjihad melawan kebimbangan dan pameran penjurusan.

Tetapi setelah nyaris 1 semester menempuh pendidikan di dkv, kekhawatiranku makin terasa, ternyata memang benar bahwa kondisi membuat banyak kendala, kondisi disitu yaitu karena tidak adanya fasilitas yang menunjang sperti laptop, dan media digital lainnya. Bahkan aku bisa dibilang sangat ajaib bisa menempuh 1 semester di dkv dengan tak adanya fasilitas- fasilitas tersebut.
Aku yang saat itu terlalu stress, menumpahkan semuanya dalam suatu paragraf di salah satu jejaring sosial, yang sebenarnya gak bertujuan apapun, apalagi berbagi penderitaan. Memang banyak sekali yang menanggapi, tapi sebenarnya bukan itu yang kuharapkan, walau memang agaknya membuat hati tenang dengan banyak ucapan mereka yang terdengar seperti ‘sabar yaa’. Tapi tak lama beberapa jam dari paragraf itu dibuat, muncullah pesan dari Mas Imam, salah satu relawan BIUS, yang menjadi perantara pertolonganNya.

Beliau menawarkan aku pertolongan, tentunya pertolongan finansial agar aku dapat melanjutkan kuliah dengan kondisi yang lebih layak. Beliau mengenalkanku dengan seorang temannya yang mampunyai ketertarikan yang sama denganku yaitu pada seni dan desain, beliau mengenalkanku denagn Mas Huda, alumni Elektro ITB. Sebenaraya Mas Huda inilah yang akan memenuhi kebutuhanku beruapa fasilitas penunjang kuliah tersebut, Mas Imam sebagai penghubungnya tapi bagaimanapun Mas Imam sebagai kuncinya, makasih ya Mas Imam, berkat Mas Imam aku gak usah merepotkan temen lagi karena sering meminjam laptopnya, hehe.
Oke kita lanjutkan kisahnya, setelah pertemuanku dengan Mas Huda, akupun benar- benar dibantu dalam hal fasilitas penunjang akademik oleh beliau, sejak itulah Dell studio XPS 16 ini lahir, aku pikir, kenapa gak yang biasa aja, asalkan bisa buka corel dan photoshop udah cukup kok. Tapi Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan bukanlah yang kita inginkan. Well, sekarang aku benar- benar terbantu oleh si cudell ini (baru dinamai 5 menit yang lalu)  dalam mengerjakan tugas- tugas yang diamanahkan dkv.

Oh iya, ini kan kisah mengenai sang tangan kanan dan intuos4 kok belum terdengar nama2 itu yah? Hehe, dari sinilah sebenaranya kisahnya dimulai (lalu yang sebelumnya- sebelumnya apa?? [yee, kalo nggak ada yang sebelum- sebelumnya nggak akan sampe sini kisahnya -_-]). Mas Huda ternyata punya proyek membuat komik strip dan kebetulan beliau masih kekurangan artist untuk menggarap komiknya, karena kalau hanya beliau terkendalakan oleh waktu. Secara dia seorang yang super sibuk jauh di Sudan sana.

Well, akhirnya aku ditawari proyek komik strip itu, dan inilah dia, berhubung dalam menggarap komik dibutuhkan media yang lebih selain laptop, agar hasilnya optimal maka Mas Huda bersedia memfaislitasi padaku sebuah pen tablet yaitu wacom intuos4 :D dan dari situlah mereka, sang tangan kanan dan si intuos4 berkenalan, namun ternyata si intuos4 tak semudah pensil untuk didekati, butuh waktu untuk mengenalnya lebih jauh J kok sang tangan kanan terkesan playboy ya -_-

Begitulah, tak pernah terduga sebelumnya rezeki itu berawal dari sebuah ungkapan di jejaring sosial, mungkin itulah jawaban dariNya, mungkin inilah yang disebut dengan rezeki yang tak disangka- sangka. Dan hidup memang penuh dengan ketidakterdugaan, dan karena itulah hidup menjadi lebih mengasyikkan. Dan karena asyik itu pulalah kita tak perlu bahkan tak boleh berpikiran untuk tidak resuming the life  J

Harapannya kalian yang menag sempat membaca curcolan ini dapat menjadikan kisah ini sebagai pelajaran karena pelajaran itu bukan hanya berasal dari pengalamanmu, sesekali relakan hati untuk menjadi seorang penonton, agar kedepannya dapat membangun tokoh utama yang lebih baik di kehidupan masing- masing. Karena sebenarnya, akhir cerita bergantung pada tokoh utamanya(biasanya begitu sih, hehe).uda abersH