November 25, 2012

Actually I have grown up, but what is the Truth?


Seperlima abad bukanlah waktu yang singkat dalam beberapa kondisi, waktu selama itu cukup untuk menyadari beberapa kebenaran maupun keburukan, waktu selama itu cukup untuk membedakan apa itu pahala apa itu dosa. Rasanya sih seperti itu di usia 20 tahunku ini.

Berkat usiaku yang ini, Ibu mulai mengiyakan omongan- omonganku. kakakpun begitu, sebagian besar pernyataanku mereka benarkan. Adikkupun terpengaruhi, agaknya dia sudah bisa menerima apa yang kusugestikan padanya.

Waktu terasa begitu mengerikan apabila sesaat kita mengingat- ngingat dosa apa saja sudah kita perbuat. Lebih mengerikan lagi apabila kita mengingat akan kesadaran kita  akan dosa yang terkadang terlewat. Terkadang di benak muncul seperti “ Ya Allah, apa yang telah kuperbuat?”

Sebenarnya itu semua bisa diatasi dan tak jadi masalah apabila selambat –lambatnya kita dapat mengalami dan tahu apa itu taubat. Sayangnya ada manusia yang sama tak beruntungnya seperti Fir’aun yang tak diberi kesempatan oleh kematian untuk menyadari apa itu taubat. Semoga kita dijauhi dari nasib sekonyol itu. Bagaimanapun caranya, sebisa mungkin, apapun yang terjadi, sadar akan taubat itu harus kita dapatkan, karena kematian tak pernah menjanjikan waktu kapan dia akan datang.

 Ketika usia ini berada di masa kanak- kanak, kita hanya diberitahu guru bahwa mencuri itu perbuatan tercela, sedangkan sedekah itu perbuatan terpuji. Kita sebatas tahu tapi tak sadar mengapa hal – hal itu ditetapkan seperti itu. Sampai akhirnya pengetahuan kita bertambah, pola pikir kita berkembang, kesadaran kita menguat.

‘Ternyata benar’, ‘Ternyata salah’, ‘Ternyata gak sepenuhnya seperti itu’mungkin pernyataan- pernyataan seperti itu yang kita sadari di usia ini atas jawaban apa saja yang telah kita pertanyakan selama ini. Itu disebabkan karena kita berpikir, kita dianugerahkan pikiran yang tak semua Makhluk hidup dapatkan.

Sesungguhnya apabila kita mau berpikir, membuang kesombongan, membuka hati, kebenaran- kebenaran itu  akan mudah didapatkan. Karena mereka jelas, yang membuatnya tak jelas yaitu kesombongan, ketidak mauan untuk berpikir, dan menutup diri.

Sampai di usia ini, aku sudah cukup puas dengan apa yang kuyakini. Sampai disaat ini, usaha- usahaku untuk menemukan jawaban- jawaban sewaktu masih kecil agaknya membuahkan hasil yang memuaskan. Karena kondisiku saat ini sudah sangat yakin akan banyak hal  terutama hal- hal yang menyangkut kebenaran dan ketidakbenaran. Setidaknya aku yang sekarang  takkan lagi menjawab ‘karena Bapakku Islam’  ketika aku ditanya ‘mengapa kamu Islam?’. Setidaknya aku yang sekarang tahu mengapa Liberalisme, Sekularisme, Pluralisme itu faham- faham yang gagal sebagai solusi, faham yang salah.

Hanya ikan yang mati yang terbawa arus air.

Jangan terbodohi oleh lingkungan.  Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita rasakan tak jarang tak sesuai dengan kenyataannya.  Oleh karena itu, menyaring informasi merupakan tindakan yang tepat di era pembodohan ini.

Sebenarnya, hal ini tak ditentukan oleh sudah berapa lama kita hidup, tapi hal ini tergantung pada seberapa lama kita mencari tahu, berpikir, dan membuka hati. Karena tak sedikit manusia yang masa hidupnya hanya dipenuhi dengan putus asa akan hidup, acuh akan kebenaran, enggan untuk berpikir, terlalu cinta dunia, sombong untuk menyadari kebaikan. 

Oleh karena itu kawanku, mari semangat untuk menemukan kebenaran itu, mari berpikir, buang kesombongan, itu sungguh tak layak untuk kita, mulailah membuka diri akan kebenaran kebenaran yang ada. Mungkin engkau lebih lama hidup di dunia ini, mungkin status sosialmu lebih tinggi daripada aku, namun itu tak menjamin bahwa kaulah yang paling benar, begitupun diriku bukan bermaksud untuk ‘sok bener’. Namun, mengajak untuk berpikir adalah aktivitas lintas usia, lintas kalangan. Apabila akhirnya kita menemukan hal yang berbeda, maka itupun tak apa. Namun sayangnya kebenaran itu hanya satu. Jika tak benar, maka salah. Jika aku yang salah, maka dirimu yang benar. Begitupun sebaliknya J

Agaknya sekian untuk coretan di Shubuh ini, Maafkan apabila tulisannya terlalu biasa, maaf pula apabila ada kesalahan dalam tulisan ini, hal itu biasa untuk kita manusia. Semoga  manfaat yang kuharapkan dari coretan ini bisa terwujud.

Aamiin.