August 20, 2013

14 July

Sudah lewat sebulan umur ini bertambah, entah kenapa di hari itu penuaan berupa fisik dan mental begitu terasa, yang padahal tiap detikpun pribadi ini terus menerus bertambah tua, bertambah pengalaman. Dan memang, lagi-lagi itu karena sugesti lingkungan, karena banyak yang mengingatkan soal umur, implikasinyapun seperti mengingatkan kalo jasad ini semakin mendekati ketidak-kekalan. Dan karena banyak juga yang mendoakan, implikasinyapun terasa seperti harapan sekitar agar pribadi ini lebih benar dan selalu benar sebelum Izrail menjemput.

Di hari itu ada dua perasaan yang bergelut di hati, yang pertama tentu perasaan senang. Diakui oranglain, dipedulikan seseorang, diberikan perhatian, itu semua udah seperti kebutuhan yang gak bisa ditampik lagi. Sebegitu pentingnya kebutuhan itu sampai-sampai Kishimoto Sensei mendeskripsikan hal itu lewat Naruto-nya, dan bisa dilihat secara gak langsung kalo ide Kishimoto Sensei soal pentingnya pengakuan oleh oranglain disetujui oleh banyak orang dengan banyaknya pembaca yang menyukai ceritanya. Perasaan ‘diakui’ itulah yang saya dapatkan di hari lahir saya, bisa jadi di hari itulah klimaksnya saya mendapat pengakuan dari orang dengan jumlah masal. Hal inipun membuat saya bersyukur karena masih banyak orang yang mengingat hari lahir saya tanpa bantuan Mark Zuckerberg (red. Facebook)

Kedua, perasaan yang justru bertentangan, yaitu sedih.

“Dudiii, selamat ulangtahun yaah, semoga umurnya berkah, wish you all the best ;)“

 sekilas pada kalimat langsung itu terasa seperti ucapan biasa yang gak berarti lebih dari sekedar pengingat umur plus harapan, dan bisa jadi memang si pemberi selamat hanya bermaksud seperti itu. Namun, bila saya pikir lebih lanjut karena saya tipikal yang mempunyai kecenderungan untuk berpikir yang nggak-nggak, kalimat tersebut jadi mengandung maksud lain yang intonasinya terdengar seperti kalimat menghibur seakan-akan diri ini sedang berduka. Akibatnya kalimatnyapun terdengar…

“Dudi, yang sabar yah, umur kamu semakin mendekati pada batasnya, jangan sia-siakan sisa waktumu ini untuk hal yang gak bermanfaat :’(“

Yaah, padahal tiap saat sel ini menua, informasi ini bertambah, namun entah kenapa di setiap hari lahir proses-proses tersebut selalu berlangsung cepat dan luar biasa, yang kadang dampaknya jadi merasa diingatkan oleh sesuatu yang ghaib bahwa hari kematianmu itu esok hari.

Akibatnya aktivitas muhasabahpun berhasil saya dapatkan lewat fenomena ini. Alhamdulillah ini suatu maslahat.

Mengingat pendapat soal boleh-tidaknya merayakan dan memberi ucapan selamat ulangtahun dalam lingkup Islam, saya pribadi mempunyai pendapat sendiri yang mungkin bisa jadi irisan antara kedua pendapat tersebut. Jika saya rasakan manfaat dari ucapan-ucapan selamat yang terasa seperti mengingatkan saya pada kematian. Saya rasa tidak ada mudharat yang didapat pada aktivitas ini. Namun, apabila kita komparasikan dengan larangan dalam Islam untuk tidak megikuti kebiasaan agama lain seperti meniup lilin, tentu sayapun berpendapat perayaan ulangtahun itu tak harus dilakukan. jadi, bisa disimpulkan bahwa mengucapkan dengan maksud mengingatkan soal usia, itu tak ada salahnya, namun akan menjadi salah apabila fenomena tahunan ini dikemas dalam sebuah perayaan gak sesuai syariat (tentu saya berbicara pada Muslim).

Yaah, agaknya hanya itu hal-hal yang gereget yang ingin saya tulis, tentu sayapun mempunyai harapan agar tulisan inipun bisa jadi pengingat untuk saya pribadi juga pembaca sekalian untuk selalu bermuhasabah, introspeksi, memperbaiki diri. Tidak hanya tiap tahun disaat hari lahir, tidak hanya ketika nyawa kita terancam, bahkan tidak hanya ketika kita berziarah. Karena lagi-lagi saya tak jemu mengingatkan bahwa kematian itu lebih dekat daripada urat leher. So, Always do your best guys :D



No comments:

Post a Comment