Di hari itu ada dua perasaan yang bergelut di hati, yang pertama
tentu perasaan senang. Diakui oranglain, dipedulikan seseorang, diberikan
perhatian, itu semua udah seperti kebutuhan yang gak bisa ditampik lagi.
Sebegitu pentingnya kebutuhan itu sampai-sampai Kishimoto Sensei
mendeskripsikan hal itu lewat Naruto-nya, dan bisa dilihat secara gak langsung
kalo ide Kishimoto Sensei soal pentingnya pengakuan oleh oranglain disetujui oleh
banyak orang dengan banyaknya pembaca yang menyukai ceritanya. Perasaan
‘diakui’ itulah yang saya dapatkan di hari lahir saya, bisa jadi di hari itulah
klimaksnya saya mendapat pengakuan dari orang dengan jumlah masal. Hal inipun
membuat saya bersyukur karena masih banyak orang yang mengingat hari lahir saya
tanpa bantuan Mark Zuckerberg (red. Facebook)
Kedua, perasaan yang justru bertentangan, yaitu sedih.
Kedua, perasaan yang justru bertentangan, yaitu sedih.
“Dudiii, selamat ulangtahun yaah, semoga umurnya berkah,
wish you all the best ;)“
sekilas pada kalimat
langsung itu terasa seperti ucapan biasa yang gak berarti lebih dari sekedar
pengingat umur plus harapan, dan bisa jadi memang si pemberi selamat hanya
bermaksud seperti itu. Namun, bila saya pikir lebih lanjut karena saya tipikal
yang mempunyai kecenderungan untuk berpikir yang nggak-nggak, kalimat tersebut
jadi mengandung maksud lain yang intonasinya terdengar seperti kalimat
menghibur seakan-akan diri ini sedang berduka. Akibatnya kalimatnyapun
terdengar…
“Dudi, yang sabar yah, umur kamu semakin mendekati pada
batasnya, jangan sia-siakan sisa waktumu ini untuk hal yang gak bermanfaat :’(“
Yaah, padahal tiap saat sel ini menua, informasi ini
bertambah, namun entah kenapa di setiap hari lahir proses-proses tersebut
selalu berlangsung cepat dan luar biasa, yang kadang dampaknya jadi merasa
diingatkan oleh sesuatu yang ghaib bahwa hari kematianmu itu esok hari.
Akibatnya aktivitas muhasabahpun berhasil saya dapatkan
lewat fenomena ini. Alhamdulillah ini suatu maslahat.
Mengingat pendapat soal boleh-tidaknya merayakan dan memberi
ucapan selamat ulangtahun dalam lingkup Islam, saya pribadi mempunyai pendapat
sendiri yang mungkin bisa jadi irisan antara kedua pendapat tersebut. Jika saya
rasakan manfaat dari ucapan-ucapan selamat yang terasa seperti mengingatkan
saya pada kematian. Saya rasa tidak ada mudharat yang didapat pada aktivitas
ini. Namun, apabila kita komparasikan dengan larangan dalam Islam untuk tidak megikuti
kebiasaan agama lain seperti meniup lilin, tentu sayapun berpendapat perayaan
ulangtahun itu tak harus dilakukan. jadi, bisa disimpulkan bahwa mengucapkan
dengan maksud mengingatkan soal usia, itu tak ada salahnya, namun akan menjadi
salah apabila fenomena tahunan ini dikemas dalam sebuah perayaan gak sesuai
syariat (tentu saya berbicara pada Muslim).
Yaah, agaknya hanya itu hal-hal yang gereget yang ingin saya
tulis, tentu sayapun mempunyai harapan agar tulisan inipun bisa jadi pengingat
untuk saya pribadi juga pembaca sekalian untuk selalu bermuhasabah, introspeksi,
memperbaiki diri. Tidak hanya tiap tahun disaat hari lahir, tidak hanya ketika
nyawa kita terancam, bahkan tidak hanya ketika kita berziarah. Karena lagi-lagi
saya tak jemu mengingatkan bahwa kematian itu lebih dekat daripada urat leher. So,
Always do your best guys :D
No comments:
Post a Comment